Reportmalut.com - 7 buah Homestay atau penginapan di wisata Pantai Tanjung Waka, Desa Fatkauyon, Kecamatan Sulabesi Timur, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara di boikot pemilik tanah.
Hal itu dilakukan karena pemilik tanah mengaku sering dibohongi oleh oknum Kepala Dinas terkait perjanjian bagi hasil untuk pengelolaan 7 buah Homestay di Pantai Tanjung Waka pasca pelaksanaan Festival Tahun 2022.
"Tanah ini sah milik saya, karena ada sertifikat nya. Selain itu saya juga sering di bohongi, kemudian saya palang 7 Homestay. Saya butuh kepastian dari Pemda Sula terkait perjanjian kelola Homestay yang didirikan di Pantai Waka," ujar Arjun Sangadji, Selasa (17/01/2023)
Arjun menjelaskan, ia juga sempat mengelola 7 buah Homestay tersebut tapi hanya 2 bulan dan perjanjiannya secara lisan yakni 1 hari pakai stay home sebesar 600 ribu.
"Mereka (tamu) selalu bawa nama Bupati setiap kali bayar. Kalau bayaran pas atau lebih tidak apa-apa, tapi kebanyakan tidak bayar atau bayaran kurang. Ini yang buat saya dan istri resah karena biaya perawatan Homestay dari uang sewa kerap kurang. Malahan uang pribadi kami yang keluar," bebernya.
Arjun pun bakal terus melakukan pemalangan 7 buah Homestay di Pantai Waka sampai ada kejelasan dari Pemda Kepsul khususnya Dinas Pariwisata.
"Saya palang 7 Homestay sudah mau masuk 2 minggu, dan saya akan palang terus sampai ada kejelasan dari Pemda Sula terkait pengelolaan Homestay di atas tanah saya," tutupnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kepsul, Kamaludin Drakel menyampaikan, terkait Kelola 7 Homestay di Pantai Tanjung Waka, itu kemauan pemilik Tanah sendiri, tanpa kordinasi dengan Pemda Kepsul khususnya Dinas Pariwisata.
"Untuk kunci 7 Homestay awalnya saya yang berikan kepada mereka karena pihak pemilik tanah mengancam bongkar semua Homestay atau kami harus pindahkan Homestay dari tanah mereka," ujarnya.
Kamaludin menjelaskan, tidak tahu menahu terkait tamu yang sering pakai Homestay bawa nama Ibu Bupati, dan Dinas Pariwisata tidak tahu-menahu.
"Kalau tamu yang dibawa oleh saya, pasti saya bayar uang sewa serta koordinasi dengan mereka tanpa bawa nama Ibu Bupati," bebernya.
Ia juga mengaku, kunci Homestay di ambil karena mau di bersihkan untuk persiapan turis yang bakal berkunjung ke pantai Waka.
"Alasannya lain juga di dalam Homestay nampak tak terurus dan kurang tertata seperti WC kotor dan atap yang sudah rusak," tutupnya.
Sekedar di ketahui, 7 buah Homestay atau penginapan yang didirikan di Pantai Waka menelan anggaran ratusan juta rupiah saat perhelatan FTW di Tahun 2022 lalu. (NOAH)