 |
| Sumber : Sonysayangbati.blogspot.com |
Oleh : Rahmat Akrim
(Mahasiswa UNKHAIR Fakultas Ilmu Budaya)
(Mahasiswa UNKHAIR Fakultas Ilmu Budaya)
Tubuhmu kau jadikan mainan,
matamu sering menatap tak karuan.
Kesendirian hanya membuatmu merasa bosan, hingga burung pun seakan malu bila memandang.
Setiap malam kau berlalu -lalang, melewati rintangan yang penuh dengan kerikil tajam, semua itu semata untuk cari makan, dedaunan pun seakan gugur berjatuhan.
Gelap kau jadikan indah, sedang terang kau malu untuk di manja.
Kesendirian hanya membuatmu merasa bosan, hingga burung pun seakan malu bila memandang.
Setiap malam kau berlalu -lalang, melewati rintangan yang penuh dengan kerikil tajam, semua itu semata untuk cari makan, dedaunan pun seakan gugur berjatuhan.
Gelap kau jadikan indah, sedang terang kau malu untuk di manja.
Semua manusia
kau tak percaya apalagi yang namanya cinta.
Engkau takkan puas tentang apa yang kamu dapatkan, katamu inilah kehidupan yang sudah di tentukan. Etika dan moral menjadi nomor dua, sedang uang dan kepentingan itulah yang kau utamakan.
Kepadamu wanita malam
Jangan terus berjalan diatas bebatuan yang terlihat tajam, nanti tubuh serta jiwa mu tergores luka yang menjijikan. Apakah kau tak ingat pesan-pesan Tuhan, semua itu tertulis di dalam Al-Qur'an.
Engkau takkan puas tentang apa yang kamu dapatkan, katamu inilah kehidupan yang sudah di tentukan. Etika dan moral menjadi nomor dua, sedang uang dan kepentingan itulah yang kau utamakan.
Kepadamu wanita malam
Jangan terus berjalan diatas bebatuan yang terlihat tajam, nanti tubuh serta jiwa mu tergores luka yang menjijikan. Apakah kau tak ingat pesan-pesan Tuhan, semua itu tertulis di dalam Al-Qur'an.
